KONFLIK SOSIAL DITINJAU DARI SUDUT PANDANG
AGAMA
KARYA ILMIAH
Oleh :
Aisah Nursifa
6212141010
Diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas
Pengantar Ilmu Sosiologi yang dibimbing oleh
Dra. Lisdawati
Wahyudin, M.Si
ILMU
HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS
ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2014
ABSTRAK
Nursifa, Aisah. 2014. Konflik Sosial Ditinjau dari Sudut Pandang
Agama. Karya Ilmiah. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional. Fakultas
Ilmu Sosial Ilmu Politik. Universitas Jenderal Achmad Yani.
Karya ilmiah ini
dilatarbelakangi oleh kebutuhan pembelajaran mata kuliah pengantar ilmu sosial
khususnya bab interaksi sosial yang terkait dengan konflik. Pokok pembahasan dalam karya ilmiah
ini adalah konflik sosial antar kelompok beragama. Permasalahan yang
dimunculkan adalah perbedaan faham yang memicu pertentangan. Sub masalah yang
dimunculkan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana sebenarnya
sudut pandang agama terhadap konflik sosial yang terjadi antar organisasi Islam? 2) Apa faktor-faktor pemicu terjadinya konflik
sosial antar kelompok dalam konteks agama? 3) Apa akibat dari
konflik sosial antar organisasi Islam?
Metode yang
digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah deskriptif analisis dengan
bentuk penelitian kuantitatif. Sumber data penelitian ini adalah teori-teori
sosiologi dan pengisian kuesioner oleh responden yang relevan. Pengisian
kuesioner dilakukan pada hari Senin, 3 November 2014 di Madrasah Diniyah
Takmiliyah Al-Inayah. Data yang diambil adalah pernyataan tertutup yang
disertai argumen responden.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan terhadap teori-teori dan studi kasus di lapangan
secara langsung, peneliti menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan
unsur-unsur konflik dalam kehidupan beragama yang relatif heterogen. Namun
demikian, kerukunan antar umat beragama masih sangat terjaga atas dasar
toleransi dan sikap saling menghargai.
KATA KUNCI : Konflik,
Kelompok Sosial, Masyarakat Heterogen, In Group/Out Group, Bid’ah, etnosentris.
ABSTRACT
Nursifa, Aisah. 2014. Social Conflict Seen from the Perspective of Religion. Scientific Work. Science Program in International Relations. Faculty of Social Sciences Political Science. University General Achmad Yani.
The scientific work is motivated by the need of learning introductory social science courses, especially chapters social interaction associated with the conflict. In issue in this paper is the social conflict between religious groups. The concerns raised are differences understand that breached. Sub issues raised by the authors are as follows: 1) How was the religious point of view of the social conflict between the Islamic organization? 2) What are the factors triggering social conflicts between groups in the context of religion? 3) What is the result of social conflict between Islamic organization?
The method used in the writing of this paper is a descriptive analysis of the shape of quantitative research. The data source of this research is sociological theories and questionnaires by the relevant respondents. Questionnaires conducted on Monday, November 3rd, 2014 at Madrasah Al-Inayah Diniyah Takmiliyah. The data is taken from a closed statement that accompanied the argument of the respondents.
Based on a study of theories and case studies in the field directly, researchers found several issues related to the elements of conflict in a relatively heterogeneous religious life. However, inter-religious harmony is still very awake on the basis of tolerance and mutual respect.
KEYWORDS: Conflict, Social Groups, Heterogeneous Society, In Group / Out Group, Heresy, ethnocentric.
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
saya panjatkan kepada Allah SWT., atas nikmat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini dengan baik. Saya
ucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.
Lisdawati Wahyudin., M.Si selaku dosen Pengantar Ilmu sosiologi yang telah
membantu dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini. Saya ucapkan terima kasih
juga kepada rekan-rekan mahasiswa/i jurusan Ilmu Hubungan Internasional
khususnya kelas ekstensi yang telah memberikan dorongan secara moriil selama
pembuatan karya ilmiah ini.
Karya
ilmiah berjudul “Konflik Sosial Ditinjau dari Sudut Pandang Agama” ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas Pengantar Ilmu Sosiologi pada tahun ajaran
2014/2015. Penulis menganalisa fenomena-fenomena sosial di lingkungan sekitar
melalui penelitian sederhana dan kajian
terhadap teori-teori yang ada.
Akhirnya, saya
persembahkan karya
ilmiah ini kepada pembaca sebagai bentuk kepedulian terhadap tercapainya proses
sosial yang baik. Semoga bermanfaat.
Cimahi, November
2014
Penulis,
Aisah
Nursifa
Ilmu Hubungan Internasional
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………………….
ABSTRACT ……………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………
1.2 RUMUSAN MASALAH
…………………………………………...
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN ………………………………………….
1.4 MANFAAT PENELITIAN
…………………………………………
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
……………………………………………………..
2.2 FAKTOR-FAKTOR PENDORONG
KONFLIK ………………….
2.3 AKIBAT KONFLIK DALAM
AGAMA…………………………..
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 KAJIAN TORITIS DAN
ANALISIS ………………………………
3.2 KAJIAN MELALUI PENELITIAN
……………………………….
3.3 METODOLOGI PENELITIAN
……………………………………
3.3.1
TEMPAT DAN WAKTU ……………………………………
3.3.2
METODE PENELITIAN ……………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
KONFLIK DI LINGKUNGAN
MASYARAKAT …………………
4.2 HASIL PENELITIAN ………………………………………………
4.3 PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN……………………………
BAB V PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
……………………………………………………….
5.2 SARAN ……………………….………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN
|
i
ii
iii
iv
vi
vii
1
2
2
3
4
6
6
10
10
10
10
10
11
12
13
15
15
16
|
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Surat permohonan izin mengadakan penelitian
2.
Angket/isian kuesioner
3.
Data responden
4.
Hasil penelitian
5.
Rekap hasil penelitian
6.
Dokumetasi/foto
DAFTAR TABEL
1.
Tabel IV.1 Rekap Hasil Penelitian
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia terlahir sebagai
makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Hakikat manusia sebagai makhluk
individu yakni memiliki egoisme yang tinggi. Namun, di sisi lain manusia juga sebagai
makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia hidup
bersama dengan manusia lain dan membentuk sebuah kelompok sosial.
Konflik sering terjadi
dalam sebuah kelompok sosial, misalnya antar organisasi Islam. Tidak dapat dipungkiri
bahwa konflik yang terjadi dalam organisasi Islam bukan lagi dalam ruang
lingkup kecil, namun telah meluas seiring perkembangan organisasi Islam di
Indonesia.
Pada dasarnya konflik yang
terjadi dipicu oleh adanya masyarakat heterogen yang multicultural.
Masyarakat yang memiliki latar belakang, sudut pandang, dan idealisme yang
berbeda. Perbedaan-perbedaan inilah yang seringkali menjadi pokok persoalan
sehingga terjadi pertentangan-pertentangan dalam kelompok sosial.
Menurut paham strukturalis, meskipun
konflik tidak bisa dihindarkan, paling tidak dapat dikendalikan agar tidak
berkembang menjadi pembentukan kekerasan. Justru konflik yang terkendali itu
bisa menjadi kekuatan yang mendorong terjadinya perubahan sosial yang yang
terjadi secara evolusioner dan berdampak positif bagi sistem sosial itu
sendiri. (P.soedarmo:1992,64)
1.2 Rumusan Masalah
Kemajemukan
nusantara adalah aset berharga yang perlu dijaga dan dilestarikan. Namun dalam
konteks ilmu sosial hal ini merupakan sumber konflik atas perbedaan-perbedaan
yang terjadi.
Banyak
konflik yang terjadi akibat pertentangan faham dalam kehidupan beragama.
Hujatan antar organisasi Islam acapkali terjadi dalam berbagai pertemuan. Hal
ini memicu berbagai reaksi yang tidak baik sehingga hubungan antar organisasi
memburuk. Kondisi tersebut terus berlanjut dan menjadi permasalahan yang
turun-temurun.
Masalah-masalah
yang menjadi pembahasan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
a.
Bagaimana sebenarnya
sudut pandang agama terhadap konflik sosial yang terjadi antar organisasi Islam?
b.
Apa faktor-faktor pemicu terjadinya konflik sosial
antar kelompok dalam konteks agama?
c.
Apa akibat dari
konflik sosial antar organisasi Islam?
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud Penulisan
Maksud dari penulisan karya
ilmiah ini adalah sebagai berikut :
a.
Untuk mengetahui dan mendeskrisikan bagaimana agama memandang perbedaan
yang menyebabkan konflik.
b.
Untuk mengetahui dan meneskripsikan bagaimana sikap kelompok beragama
dalam menanggapi perbedaan.
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari karya ilmiah ini
adalah :
a.
Untuk memberikan
gambaran bahwa konflik bisa saja
terjadi dalam kehidupan beragama karena perbedaan.
b.
Agar pembaca
mengetahui faktor-faktor pemicu konflik antar organisasi Islam.
c.
Agar pembaca
memahami bahwa akibat yang terjadi karena konflik.
1.4 Manfaat
Penelitian
Sebagai bentuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam
mata kuliah Pengantar Ilmu Sosilogi secara teoritis dan studi kasus pada
konteks kehidupan beragama.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Faktor
Penyebab Konflik
Menurut Leopold dan Becker dalam buku karya Soekanto, pertentangan
atau pertikaian (selanjutnya disebut “pertentangan” saja)
merupakan suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang
pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan. (Soekanto,1982:91)
Lalu bagaimana konflik terjadi dalam kehidupan
beragama? Mengapa konflik dapat terjadi? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut penulis meninjau dari sudut pandang teori konflik Marx yang diambil
dari makalah karya Pettracia dkk, ia mengatakan bahwa di dalam suatu masyarakat
dapat dijumpai hal yang dianggap baik oleh suatu golongan atau kelompok, tetapi
bersifat relative, yang berartii kebaikan itu belum tentu baik pula di mata
orang lain (kelompok lain). Manusia cenderung untuk berusaha mendapatkan
hal-hal yang dianggap baik (menurut mereka sendiri). Maka dari itu bisa
menimbulkan persaingan antar individu . (Petracia
dkk, 2010:6)
Teori tersebut memiliki relevansi dengan teori in group dan out group
yang dikemukakan JBAF Mayor Polak dalam buku Soerjono Soekanto yang menyatakan
bahwa sikap out group selalu ditandai
dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Perasaan in group atau out group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan etnosentris,
yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam
kelompoknya merupakan yang terbaik dibanding dengan kelompok lainnya. (Soerjono,2013;108)
Atas dasar teori tersebut maka diketahui bahwa semakin banyak kelompok
sosial maka semakin besar peluang terjadinya perbedaan. Banyaknya perbedaan membuat
mereka cenderung mengakui kebenaran pada
in groupnya melalui nalar mereka sendiri dibandingkan dengan out groupnya. Hal
ini berarti intensitas terjadinya konflik pada masyarakat heterogen lebih besar
daripada masyarakat homogen.
Ciri utama masyarakat majemuk (plural society) menurut Furnival (1940)
dalam buku karya Nasikun adalah kehidupan masyarakat yang berkelompok-kelompok
yang berdampingan secara fisik, tetapi mereka (secara esensi) terpisahkan oleh
perbedaan-perbedaan identitas sosial yang melekat pada diri mereka
masing-masing serta tidak tergabungnya mereka dalam satu unit politik tertentu.
(Nasikun,1995:27)
Pendekatan secara relevan pada teori ini adalah perbedaan memiliki
perspektif yang tajam terhadap tejadinya konflik. Sistem nilai yang tidak sama
antara ajaran agama yang dianut masing-masing kelompok memicu faktor-faktor
pertikaian.
2.2 Faktor-Faktor Pendorong
Konflik
Sherif & Hovland (1961) dalam buku Teori-Teori
Psikologi Sosial karya Sarlito. W menyatakan bahwa orang membentuk situasi yang
penting buat dirinya. Jadi dia tidak ditentukan oleh situasi. Pembentukan
situasi ini mencakup faktor-faktor intern (sikap,emosi,motif,pengaruh masa lalu
dan sebagainya), maupun eksternal (obyek, orang-orang dan lingkungan fisik).
(Sarlito.W:2002,13)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kajian Teoritis dan Analisis
Kajian berdasarkan analisa
dari berbagai teori yang didapat melalui sumber ilmu pengetahuan akdemis berupa
buku, makalah, dan kajian elektronik.
3.2 Kajian melalui Penelitian
Kajian berdasarkan analisa
terhadap data studi kasus di lapangan melalui pengamatan langsung terhadap
pbjek dan pengisian angket/kuesioner oleh responden yang relevan.
3.3 Metodologi
Penelitian
3.3.1 Tempat dan
Waktu
a.
Tempat :
|
Madrasah Diniyah Takmiliyah Al-Inayah Desa
Gadobangkong Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat
|
b.
Waktu :
|
Senin, 3 November 2014
|
|
|
3.3.2 Metode
Metode
yang digunakan adalah deskriptif analisis melalui sumber data menggunakan isian
kuesioner. Analisis data menggunakan metode analisis statistik kuantitatif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Konflik Sosial di Lingkungan Masyarakat Agamis
Konflik merupakan bentuk
interaksi sosial yang dapat merenggangkan hubungan solidaritas antar individu atau
antar kelompok. Contoh fenomena yang terjadi saat ini berupa konflik antar agama dan faham ajaran yang dianut oleh kelompok sosial
baik in group ataupun out group. Secara umum, konflik ini kerap terjadi akibat
banyaknya faham ajaran yang berbeda dalam praktek beragama. Sehingga terdapat
pergesekan pandangan antar kelompok beragama.
Lalu
bagaimana agama memandang konflik yang terjadi di lingkungan masyarakat? Untuk
mengetahui sejauh mana keadaan soSial di lingkungan masyarakat agamis, maka
penulis telah melakukan penelitian sederhana. Penelitian ini dilakukan melalui
metode pengisian kuesioner pada hari senin, 3 November 2014. Sebagai objek
penelitian yaitu santriwati Madrasah Diniyah Takmiliyah Al-Inayah Desa
Gadobangkong, Ngamprah. Objek penelitian terdiri atas responden yang memiliki latar
belakang yang berbeda dengan rentang usia 14-20 tahun dengan faham ahlu sunnah wal jamaaah di bawah naungan
organisasi Nadhlathul Ulama.
Selain itu,
penulis telah melakukan pengamatan dan menemukan beberapa unsur konflik yang
muncul di lingkungan agamis. Konflik di sebabkan oleh perbedaan pemahaman.
Kedua kelompok memiliki egoisme tinggi yang menganggap faham mereka sendiri
yang paling benar secara rasional dan keyakinan. Namun, sebagian dari mereka
cenderung menghindari perdebatan dengan alasan perdebatan takkan menemui titik
temu di antara kedua faham.
4.2 Hasil Penelitian
Berikut ini adalah
rincian hasil penelitian yang penulis rangkum dari studi kasus yang penulis
lakukan tempo hari.
REKAP HASIL KUESIONER
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A. PILIHAN GANDA
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
NO
|
SOAL
|
JAWABAN
|
JUMLAH
|
%
|
ALASAN
|
|
A
|
B
|
C
|
D
|
|
1
|
Jika anda bertemu dengan seorang yang
berlainan faham dalam ajaaran agama, apa yang anda lakukan?
|
4
|
0
|
1
|
1
|
6
|
67
|
Silaturahmi
; senyum adalah ibadah ; daripada harus berdebat ; karena masih sesama muslim
; menghargai ; takut salah faham(d)
|
|
2
|
Jika anda berada dalam majelis taklim,
namun penceramah memiliki faham berbeda dengan ajaran anda, apa yang anda
lakukan?
|
3
|
0
|
3
|
0
|
6
|
50
|
A.
Mendengarkan lebih baik ;dengan mendengarkan menambah pengetahuan; menghargai
penceramah. C. Menghargai pembicara
saja ; menghargai ; lebih memilih ajaran tempat mengaji
|
|
3
|
Jika anda sedang berbelanja, namun
penjual adalah penganut ajaran yang berbeda faham dengan ajaran anda, apa
yang anda lakukan?
|
2
|
3
|
0
|
1
|
6
|
50
|
Selama
bukan barang haram dan saling membutuhkan; kebutuhan
|
|
4
|
Jika anda memiliki keluarga/kerabat
berlainan faham dengan ajaran yang anda anut, apa yang anda lakukan?
|
0
|
0
|
3
|
3
|
6
|
50
|
C. Tujuan meluruskan ; menghilangkan
salah faham, diskusi akan lebih baik;untuk mengajaknya menuju ajaran yang
lebih baik. D. Amalu
amalukum, tidak saling mengusik dan berkomentar mengenai keyakinan orang
lain; cukup hargai sajamenghindari perselisihan antar kerabat/keuarga; tida
peduli, yakin atas keyakinan masing-masing
|
|
5
|
Jika anda memiliki guru/dosen yang
memiliki faham yang berbeda dengan ajaran yang anda anut, apa yang anda
lakukan?
|
0
|
6
|
0
|
0
|
6
|
100
|
Hargai
tanpa diikuti; menghindari perdebatan; menghargai sebagai pengajar; tidak
apa-apa;menghargai akan lebih baik daripada mencaci maki ajaran yang mereka
anut; hanya perlu nilai, jadi ikuti saja
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B. PERNYATAAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
NO
|
PERNYATAAN
|
JAWABAN
|
JUMLAH
|
%
|
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
|
|
1
|
Saya tidak suka jika ada yang mengganggu
ibadah saya terutama ketika bersholawat.
|
2
|
4
|
0
|
0
|
6
|
67
|
|
|
2
|
Saya
akan menghujat orang yang berpendapat bahwa tahlil, sholawat dan
ziarah adalah sesat.
|
1
|
5
|
0
|
0
|
6
|
83
|
|
|
3
|
Saya akan mengikuti praktik ibadah
sesuai ajaran yang berlaku di lingkungan setempat.
|
0
|
4
|
2
|
0
|
6
|
67
|
|
|
4
|
Saya lebih suka diam daripada berdebat
dengan orang yang berbeda faham dengan ajaran yang saya anut.
|
0
|
6
|
0
|
0
|
6
|
100
|
|
|
5
|
Saya lebih suka berdebat dengan orang
yang berbeda faham dengan ajaran yang
saya anut.
|
0
|
1
|
5
|
0
|
6
|
83
|
|
|
6
|
Saya lebih memilih toleran terhadap
perbedaan
|
0
|
6
|
0
|
0
|
6
|
100
|
|
|
7
|
Saya lebih memilih menentang perbedaaan
|
0
|
0
|
6
|
0
|
6
|
100
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel IV.1 rekap hasil penelitian
4.3 Pembahasan
hasil penelitian
Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh penulis, dapat dilihat pada tabel IV.1A responden
menjawab berbagai pertanyaan dengan sudut pandang yang relatif sama. Misal
untuk pertanyaan pilihan ganda nomor 1, 67% responden menjawab A (tersenyum)
ketika mereka dihadapkan pada pertanyaan bagaimana sikap mereka terhadap orang
yang berbeda ajaran/faham dengan mereka. Alasan yang dikemukakan beragam,
seperti tersenyum adalah ibadah, menimbulkan sikap toleran, atau menghindari
adanya prasangka buruk yang menyebabkan perselisihan berkepanjangan.
Lalu untuk
soal nomor 5, 100% responden menjawab D (dengarkan dan ikuti) ketika dihadapkan
dengan soal bagaimana sikap mereka jika mempunyai pengajar yang berbeda ajaran
dan faham dengan ajaran mereka. Alasan yang dikemukakan lagi-lagi tentang sikap
menghargai, toleransi, dan lebih sederhana lagi yakni menyangkut nilai atas
mata pelajaran semata.
Pada tabel IV.1B
yang paling dominan adalah soal nomor 4, 6, 7 dengan hasil 100% menjawab setuju
atas pernyataan lebih memilih diam dan menghindari perselisihan serta
perdebatan, cenderung memilih sikap toleran. Namun terjadi ketimpangan terhadap
soal nomor 7, yang notabene 360 derajat berbanding terbalik dengan sikap
toleran yaitu menentang terhadap perbedaan.
Mengapa hal
ini bisa terjadi? Jika melihat latar belakang pendidikan dan lingkungan
respoden, secara psikologis kaum agamis memang cenderung idealis. Sikap yang
timbul pada kehidupan sosial pun menjadi gamang dan timpang antara perasaan dan
prinsip dengan sikap yang ditunjukan
terhadap sesama manusia. Secara perasaan dan prinsip mereka menentang perbedaan
namun sikap yang muncul justru sikap toleran dan menghargai perbedaan. Alasan yang
tepat untuk situasi ini adalah untuk menghindari konflik atau perselisihan
antar umat beragama. Terutama pada soal nomor 4 bagian A yang mungkin saja akan
terjadi perselisihan antar kerabat atau saudara jika mereka tidak memiliki
pemahaman dalam sikap saling menghargai dan mengandalkan prinsip mereka saja.
Maka
berdasarkan hasil analisa penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ternyata
tidak semua umat beragama memiliki sikap antipati terhadap out-groupnya. Walaupun
prinsip mereka teguh terhadap ajaran yang dipegang, namun sikap menghargai dan
toleransi amat dijunjung tinggi. Karena mereka berpandangan bahwa agama Islam
sangat menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan perdamaian. Sehingga kaum
agamis yang memiliki faham ahlu sunnah
wal jamaah sangat menghindari perselisihan dan konflik. Mereka lebih
memilih sikap amalu amukum di banding
harus berdebat panjang yang meributkan atas kebenaran yang mereka pegang dalam
faham ajarannya padahal secara garis besar semua ajaran dan faham tetap tertuju
pada Tuhan Yang Maha Esa.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kehidupan masyarakat takkan lepas dari perbedaan, terutama pada
masyarakat yang heterogen. Kehidupan masyarakat heterogen sangat rentan
terhadap konflik karena keberagaman yang dimiliki. Begitu juga dalam kehidupan beragama, perbedaan faham
dan ajaran kerap kali menjadi bahan perbincangan baik secara in-group maupun
out-group. Namun demikian, sebesar apapun perbedaan jika dilandasi oleh rasa
toleransi yang yang tinggi serta membudayakan sikap saling menghargai sebagai
insan beragama, maka konflik takkan mengakibatkan perselisihan berkepanjangan
yang menjadikan pertumpahan darah diantara kelompok sosial .
4.2 Saran
Perbedaan tak selamanya menjadikan hubungan
persaudaraan menjadi terpecah belah. Kehidupan bermasyarakat menjadikan setiap
individu saling membutuhkan satu sama lain. Sekalipun konflik tak dapat
dihindari, namun dapat dinetralisir melalui sikap toleransi dan saling
menghargai antar kelompok sosial. Akhirnya, mari kita jadikan perbedaan sebagai
hiasan kehidupan yang membuat ia menjadi berwarna.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggaran Dasar Surat Keputusan Muktamar XXX NU Nomor: 003/MNU-30/11/1999 melalui <http:pcnu-bandung.com/anggaran-dasar-nu>
[25/10/14] 10.40 wib
Pettracia,M.,D., dkk. 2010. Hubungan Sosial Antar Keompok Agama dalam
Kerangka Analisis Konflik. (Depok: FISIP Universitas Indonesia), , hlm. 6
melalui <Manshurzikri.wordpress.com/2010/03/21/hubungan-sosial-antar-kelompok-agama-dalam-kerangka-analisis-teori-konflik/> [25/10/14] 10.35 wib
Sarwono, S.W. 2002. Teori-Teori Psikologi Sosial. (Jakarta: Raja Grafindo Persada). hlm.13
Soedarmo. P. 1992. Ilmu
Sosial Dasar. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama). hlm.
64
Soekanto, Soerjono. 2013. Ilmu Sosiologi Sebagai Pengantar Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada). hlm.91
Ibid. 2013. Ilmu
Sosiologi Sebagai Pengantar Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada). hlm.91
Soekanto, Soerjono. 1982. Teori Sosiologi: Tentang Pribadi dalam masyarakat. (Jakarta: Gahlia
Indonesia). hlm.7
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Dalam rangka
penyusunan karya ilmiah kuesioner ini dibuat atas dasar keingintahuan peneliti
terhadap konflik yang terjadi dalam kehidupan kelompok sosial.
B. Objek Penelitian
Santri/santriwati
Madrasah Diniyah Takmiliyah berusia 14-20 tahun.
C.
Data Penyusun/Peneliti
Nama
|
: Aisah Nusifa
|
NIM
|
: 6212141010
|
Fakultas
|
: Ilmu Sosial Ilmu Politik
|
Tahun Ajaran
|
: 2014-2015
|
D.
Data Responden
Nama
|
:
|
Usia
|
:
|
Kelas
|
:
|
Nama Lembaga
|
:
|
Hari/tanggal
|
:
|
E. Isian Angket
a. Pilihlah salah satu opsi dan sertakan
alasan !
1. Jika anda bertemu dengan seorang yang
berlainan faham dalam ajaaran agama, apa yang anda lakukan?
a.
Tersenyum
|
b.
Berjabat tangan
|
c.
Ucap
salam/menyapa
|
d.
Biarkan saja
|
Alasan :
|
2. Jika anda berada dalam majelis taklim,
namun penceramah memiliki faham berbeda dengan ajaran anda, apa yang anda
lakukan?
a.
Dengarkan saja
|
b.
Ikuti ajarannya
|
c.
Dengarkan tanpa
diikuti
|
d.
Tinggalkan saja
|
Alasan :
|
3. Jika anda sedang berbelanja, namun
penjual adalah penganut ajaran yang berbeda faham dengan ajaran anda, apa yang
anda lakukan?
a.
Lanjutkan
jual-beli namun tidak kembali
|
b.
Lanjutkan jual
beli dan kembali lagi lain waktu
|
c.
Berdebat
terlebih dulu
|
d.
Pergi
tinggalkan jual beli
|
Alasan :
|
4. Jika anda memiliki keluarga/kerabat
berlainan faham dengan ajaran yang anda anut, apa yang anda lakukan?
a.
Ikuti ajarannya
|
b.
Ikuti ajarannya
saat bertemu saja
|
c.
Ajak
berdebat/berdiskusi
|
d.
Biarkan saja
|
Alasan :
|
5. Jika anda memiliki guru/dosen yang
memiliki faham yang berbeda dengan ajaran yang anda anut, apa yang anda lakukan?
a.
Ikuti ajarannya
|
b.
Hargai saja
ajarannya
|
c.
Ajak
berdebat/berdiskusi
|
d.
Biarkan saja
|
Alasan :
|
b. Berilah tanda (√)
pada kolom “SS “ jika anda sangat setuju, “S” jika anda setuju, “TS” jika anda
tidak setuju atau “ST” jika sangat tidak setuju.
No
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
TS
|
ST
|
1
|
Saya tidak suka
jika ada yang mengganggu ibadah saya terutama ketika bersholawat.
|
|
|
|
|
2
|
Saya akan menghujat orang yang berpendapat bahwa
tahlil, sholawat dan ziarah adalah sesat.
|
|
|
|
|
3
|
Saya akan
mengikuti praktik ibadah sesuai ajaran yang berlaku di lingkungan setempat.
|
|
|
|
|
4
|
Saya lebih suka
diam daripada berdebat dengan orang yang berbeda faham dengan ajaran yang
saya anut.
|
|
|
|
|
5
|
Saya lebih suka
berdebat dengan orang yang berbeda
faham dengan ajaran yang saya anut.
|
|
|
|
|
6
|
Saya lebih
memilih toleran terhadap perbedaan
|
|
|
|
|
7
|
Saya lebih
memilih menentang perbedaaan
|
|
|
|
|
Bandung
Barat, November 2014
Responden,
(____________________)